Kisah
Hukum Sebab Akibat Karya Ji Xiaolan
Hutang Budi Harus Dibalas
Ayahku
bernama Ji Rong-shu, orangnya serius dan disiplin, dalam keseharian jarang bercengkerama
dengan orang lain. Lalu, suatu hari, malah duduk-duduk bercengkerama dengan
seorang yang berpakaian lusuh di ruang tamu, ayah bahkan bersikap begitu hormat
menemaninya minum teh sambil bercerita.
Sekejab
kemudian, ayah memanggil kami bersaudara ke ruang tamu, setelah memberi hormat
pada tamu, ayah berkata pada kami : “Beliau ini adalah cucu generasi ke-4 dari
Tuan Song Man-zhu. Keluarga Ji dan Song telah lama kehilangan kontak, hari ini
barulah bisa bersua kembali. Ketika perang meletus pada akhir masa Dinasti
Ming, kakek moyang kalian (Ji Run-sheng) baru berusia 10 tahun, dalam era
kekacauan tersebut, untunglah Tuan Song Man-zhu mengadopsi dan membesarkannya,
barulah bisa bertahan hidup”.
Kemudian,
ayah meminta keturunan Tuan Song Man-zhu ini untuk menetap di rumah kami,
bahkan juga membantunya supaya memperoleh hidup yang layak.
Selanjutnya
ayah sering mengambil perumpamaan ini untuk mendidik kami bersaudara : “Orang
lain berbudi pada kita, kita harus berupaya membalasnya dan tidak perlu
membahas bagaimana sebab akibatnya, namun kenyataannya Hukum Sebab Akibat tidak
pernah meleset sama sekali.
Tempo
dulu ada seorang pria yang pernah berhutang budi pada orang yang telah
menyelamatkan nyawanya. Di kemudian hari pria ini menjadi seorang hartawan, sementara
anak cucu si penolong malah jatuh melarat. Namun si hartawan ini malah menatap
mereka dengan sikap dingin, seolah-olah tidak kenal sama sekali atau cuma orang
yang lalu-lalang di jalanan saja.
Tidak
lama kemudian, si hartawan ini terserang penyakit kritis, dia baru saja hendak
mengangkat gelasnya meminum obat, samar-samar dia melihat ada orang yang menyodorkan
padanya dua pucuk surat, amplopnya tidak direkat, dia mengeluarkan surat dan
begitu membacanya, ternyata surat tersebut merupakan surat yang dia tulis
sendiri untuk memohon bantuan pada tuan penolongnya.
Dia
merasa panik dan ketakutan, juga menyesal dan malu, seketika itu juga dia
menjatuhkan gelas dan obat ke lantai, menghela nafas panjang berkata : “Saya
matinya terlampau terlambat!”. Malam
itu juga dia meninggal dunia”.
紀曉嵐寫的因果故事
受恩必報
先姚安公,性嚴峻,門無雜賓。一日,與一襤褸人對語,呼余兄弟與為禮。曰:「此宋曼珠曾孫,不相聞久矣,今乃見之。明季兵亂,汝曾祖年十一,流離戈馬間,賴宋曼珠得存也。」乃為委曲謀生計。
因戒余兄弟曰:「義所當報,不必談因果。然因果實亦不爽。昔某公受人再生恩,富貴後,視其子孫零替,漠如陌路。後病困,方服藥,恍惚見其人手授二札,皆未封。視之,則當年乞救書也。覆杯於地曰:『吾死晚矣!』是夕卒。」
【譯文】
先父姚安公(紀容舒)性情嚴峻,平時很少與閒雜人等交往。然而,有一天,卻有一位衣衫襤褸的人坐在堂 上,先父恭敬地陪著他喫茶說話。一會兒,先父又把我們兄弟幾人喚上堂來,與此人見禮,並對我們說:「這位先生就是宋曼珠先生的四世孫。我們紀、宋兩家失去 聯繫已經很久了,今天才見了面。想當年,正遇上明朝末年的戰亂,那時候,你們的曾祖父(紀潤生)年僅十一歲。在那兵荒馬亂的年月裡,多虧曼珠先生將他收留 教養,才得生存下來。」於是,先父便留下這位宋曼珠的後裔在家中,並多方為他謀求生計。
此後,先父還經常以此事為例教誡我們兄弟說:「別人對我們有恩有義,我們理當盡心盡意去報答,且不必去 談論因果如何,而事實上因果絲毫不會差錯。過去曾有個人受過別人的救命之恩。後來這人富貴了,眼看著恩人的後代衰敗零落,卻冷漠得如同素不相識的過路人。 不久,這位富貴人得了一場大病,他剛要舉杯服藥,恍惚間見有人遞給他手裡兩封信,信封且不曾封口,他抽出信函一看,竟是當年他危難時親筆寫給恩人的求救 信。他又是驚恐、又是悔恨,當下把藥杯擲之於地,長歎一聲說:『我死得太晚了!』當天夜裡,他就斷氣了。」