Makna Syair
Kebajikan Tersembunyi Dewa Wen Chang
Bagian 16
Selanjutnya ada lagi empat kalimat, empat kalimat ini membahas tentang
kebajikan dari berbakti dan rasa hormat, ini merupakan dasar dari memupuk
berkah, yaitu :
“Setia pada pimpinan. Berbakti pada ayahbunda. Menghormati saudara. Mempercayai teman”.
“Setia pada pimpinan”, kesetiaan ini bersumber dari hati yang berbakti,
bakti adalah dasar dari moralitas, dengan sikap bakti mengabdi pada pimpinan
kita, ini adalah kesetiaan. Yang dimaksud pimpinan meliputi kepala negara
hingga pimpinan daerah, pimpinan organisasi, kita harus setia.
Setia itu maksudnya adalah jalan tengah, yakni tidak berat sebelah,
tidak memihak dan tidak menyimpang. Andaikata kita memiliki maksud terselubung
yang mementingkan diri sendiri maka inilah yang disebut menyimpang. Tidak
memiliki kepentingan pribadi barulah dapat mewujudkan kesetiaan.
Maka itu di dalam bidang pekerjaan yang kita geluti, kita mengerahkan
segenap kemampuan untuk menyelesaikan tugas kita, setia dan bertanggungjawab, melepaskan
segala kepentingan pribadi, melindungi kepentingan organisasi, melindungi
kepentingan negara, melindungi kepentingan masyarakat dunia, inilah yang
disebut dengan kesetiaan.
Berbakti adalah akar dari moralitas, seluruh ajaran insan suci dan bijak
adalah bermula dari ajaran bakti. Berbakti, terlebih dulu adalah berbakti pada
ayahbunda, budi kebajikan ayahbunda kepada kita merupakan yang paling besar,
melahirkan dan membesarkan diri kita, maka itu terlebih dulu kita harus
menyayangi ayahbunda kita, barulah disebarluaskan pada insan lain, dengan hati
yang menyayangi ayahbunda mengasihi seluruh umat manusia di muka bumi ini, ini
merupakan perluasan dari hati bakti.
Maka itu di dalam “Klasik Bakti” ada tertera tiga tahapan dari berbakti
yakni “Dimulai dari mengabdi pada ayahbunda, yang kedua adalah mengabdi pada
pimpinan dan yang terakhir adalah melatih diri”. Dimulai dari berbakti pada
ayahbunda, kemudian ketika terjun ke dalam masyarakat, maka harus mengabdi pada
pimpinan, ini sudah memperluas hati bakti tersebut, tidak hanya ditujukan pada
keluarga sendiri, lalu hati bakti ini diperluas lagi hingga ditujukan kepada
seluruh rakyat negeri, lalu lebih diperluas lagi hingga mencakup seluruh masyarakat
dunia. Terhadap anak cucu generasi penerus, kita sendiri harus membina diri
mengamalkan ajaran, menjadi insan suci dan bijak, ini adalah bakti yang
sempurna.
Insan yang berbakti pada ayahbunda, berkahnya pasti sangat besar. Beberapa
tahun yang lalu kami melihat pemberitaan tentang seorang putra berbakti yang
bernama Liu Ting, dia merupakan penduduk Zhejiang, ibundanya menderita penyakit Uremia (kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam darah
karena ginjal tidak bekerja secara efektif), semua tabungan
di rumah sudah digunakan untuk biaya pengobatan, akhirnya keluarga jatuh
bangkrut.
Ayah Liu Ting karena tidak sanggup menahan tekanan ini, akhirnya pergi
dari rumah dan tidak pernah pulang lagi,
meninggalkan istrinya yang sedang sakit dan Liu Ting. Pada saat itu Liu Ting
berusia 19 tahun, baru saja lulus ujian seleksi masuk perguruan tinggi, dia
ingin melepaskan kuliahnya demi merawat ibunda di rumah, tetapi bundanya tidak
sudi, mendesaknya agar meneruskan kuliahnya.
Kemudian dia memutuskan untuk pergi kuliah sambil menggendong ibundanya,
di dekat kampusnya dia menyewa sebuah rumah kecil, dengan demikian dia tinggal
bersama ibundanya sehingga bisa menjaga dan merawat ibundanya. Setiap pagi dia
pergi kuliah, pulang dari kuliah dia merawat ibundanya. Dia memasak dan mencuci
baju bundanya, menyuntik dan memberi obat, bahkan memberi motivasi kepada
bundanya : “Mama harus tetap hidup, asalkan mama tetap hidup maka saya juga
akan tetap bertahan”.
Hati baktinya yang tulus pada bunda telah mengharukan banyak insan,
menggugah rektor, dosen, teman kuliah dan tokoh masyarakat. Saat itu ibundanya harus
menjalani operasi transplantasi ginjal, Liu Ting memutuskan untuk mendonorkan
ginjalnya buat ibundanya, akhirnya mengharukan sebuah rumah sakit yang kemudian
secara gratis mendonorkan sebuah ginjal dan melakukan operasi transplantasi
ginjal buat ibundanya, berhasil menyembuhkan penyakit ibundanya.
Bahkan juga banyak orang berhati mulia yang memberi uluran tangan,
sehingga kehidupannya berangsur membaik, sehingga dia dapat memiliki waktu yang
lebih banyak untuk belajar. Semua orang telah dibuat terharu oleh hati bakti seorang
pemuda berpostur kurus dan pendiam, Liu Ting.
Kemudian Liu Ting menerima anugerah sebagai “Teladan bakti seluruh
pelosok negeri”, Yayasan Pengembangan Wanita Tiongkok, memberi anugerah pada
Liu Ting dan ibundanya sebagai “ Duta Pengasih“, juga terpilih sebagai “Teladan
bakti Bangsa Tionghoa”, “Kebanggaan Zhejiang”, “Sepuluh besar putra putri
berbakti Zhejiang”, “Sepuluh besar pahlawan penduduk Hangzhou”.
Maka itu dengan hati yang tulus berbakti pada ayahbunda, dia tidak
pernah membayangkan akan ada pahala serupa ini, dengan sendirinya Langit akan
menambah berkah bagi orang baik.
Setelah memiliki hati bakti yang tulus pada ayahbunda maka selanjutnya
adalah menghormati saudara, terhadap abang sulung harus memiliki rasa hormat, seperti
kata pepatah, abang sulung bagaikan ayahanda. Dalam perkembangan sejarah ada
sebuah kisah yang terjadi di masa Dinasti Song, Sima Guang berhasil menjadi
perdana menteri Dinasti Song, tetapi dalam memperlakukan abang sulungnya,
memberi perhatian dengan seksama.
Ketika abangnya berusia 80 tahun, Sima Guang juga sudah berusia lanjut,
meskipun Sima Guang memiliki kedudukan yang tinggi, namun ketika berhadapan
dengan abangnya, dia tetap berlaku sebagai seorang adik yang menghormati
saudaranya, memberi perhatian pada abangnya, seringkali dengan suara lembut
bertanya pada abangnya : “Apakah anda merasa lapar? Ingin makan apa?”. Saat
abangnya memerlukan sesuatu, maka Sima Guang segera mengerahkan segenap kemampuan
untuk mewujudkannya, maka itu Sima Guang pantas menjadi sosok yang penuh
kebajikan Dinasti Song.
“Percaya pada teman”, ini merupakan kepercayaan kita pada sahabat kita,
khususnya sesama praktisi yang bersama-sama melatih diri, yang memiliki tujuan
yang sama, arah yang sama, saling percaya. Dan kita sendiri juga harus dapat
dipercaya, apa yang diucapkan harus dapat dilakukan, membentuk kepercayaan di
hati sahabat kita, kepercayaan ini adalah berasal dari moralitas diri.
Dikutip dari
Ceramah Dr. Zhong Maosen
Judul : Makna
Syair Kebajikan Tersembunyi Dewa Wen Chang
Tanggal : 22 Januari 2009
文昌帝君陰騭文大意
(十六)
下面又有四句,這四句都是講孝敬之德,它是積福之本,所謂:
【忠主,孝親,敬兄,信友。】
『忠主』,忠這個心源於孝心,孝是德之本,以孝對待自己的主,這就是忠。《孝經》有所謂的,「以孝事君則忠,以敬事長則順。忠順不失,以事其上」,這個上也是主的意思,用忠順之心來侍奉自己的長上。「主」它代表一切的領導,上至國家領導人,古時候稱皇帝,現在我們稱為國家主席或者總統,下至地方領導,團體有團體的領導,我們都要忠。這個忠是心尚中道,中而不偏,如果心有私這就偏了,無私才能達到忠。所以在自己的工作崗位上盡到自己的義務,盡忠職守,要把自己的私心私利放在一邊,維護團體的利益,維護國家的利益,維護世界人民的利益,這才叫做忠。
那麼孝,孝是道德的根本,一切聖賢教育都從孝道開始。孝,首先對我們父母,父母是親,父母對我們的恩德是最大的,生我們、養我們,所以我們先要從父母愛起,然後推親及人,以愛父母之心愛天下之人,這就把孝心擴展。所以《孝經》上講孝有三個層次,「始於事親,中於事君,終於立身」。一開始得從孝愛父母開始,這叫孝親,然後步入社會就是要忠主事君,這是把心擴大了,不僅是對自己家裡人,還要對整個國家的人民,那麼再擴大,對天下全世界的人民,對萬世的子孫後代,我們自己要立身行道,成聖成賢,這是孝道的圓滿。
孝親的人他必定福會很大的。我們看到在幾年前新聞有報導一位孝子叫劉霆,他是浙江人,他的母親患了尿毒症,家裡的錢全用在治病上,最後傾家蕩產。劉霆的父親忍受不了壓力,離家出走,再也沒回來,留下重病的太太跟劉霆。劉霆當時十九歲,剛考上浙江林學院,他想放棄學業在家裡照顧母親,可是母親不肯,一定要讓他上學。於是他背著母親上學,在大學附近租了一間小屋,這樣跟他母親一起生活,他就能照顧母親。每天白天上課,下午回來就照顧母親,然後擠出一些課餘時間來學習。他為母親煮飯洗衣、打針送藥,而且鼓勵他母親說:「媽媽妳一定要活著,只要妳活著,我就能堅持下去。」他對母親這個真實的孝心感動了很多人,感動了學校的領導、老師、同學和社會上的人士。當時他母親要做換腎手術,劉霆就決定要把自己的腎換給母親,結果感動了一家醫院為他免費提供一個腎臟給他母親做換腎手術,給他母親治好了。而且很多人慷慨解囊捐助,讓他的生活得到改善,讓他能夠多一點時間投入學習。大家都被這位身材單薄、沉默少言的劉霆這一分真摯的孝心感動。
後來劉霆被授予「全國孝親愛老模範」這個稱號,得到了中國婦女發展基金會授予的劉霆母子「愛心大使」的稱號,被評為「中華孝親敬老楷模」、「浙江驕傲」、「浙江十大孝心好兒女」、「杭州十大平民英雄」這些榮譽,劉霆是實至名歸。所以以真摯的孝心來對父母,他感得這個福報是自己沒有想到,這就看到真的是「天道無親,常與善人」,天自然給善人加福。把孝心養成以後,對待兄弟姐妹,這是行悌道。敬兄是悌道,對待兄長要恭敬,古人有所謂的事兄如父。歷史上最典型的例子,宋朝的司馬光,做到了宋朝宰相,可是對自己的兄長侍奉起來真的是無微不至。當他的兄長八十歲的時候,司馬光年齡也不小,都很大,而且司馬光身為宰相的高位,可是對兄長依然以小弟這樣的身分在家裡行悌道,照顧自己兄長無微不至,常常柔聲下氣的來關心兄長,問哥哥:你肚子餓不餓?要吃點什麼?當兄長有需要的時候,司馬光必定親力親為,侍奉兄長,所以司馬光不愧為宋朝的大德。
『信友』,這是對朋友有信義,特別是志同道合的人,有共同的目標、共同的方向,互相要信任。而且自己言出必果,守信用,「言必信,行必果」,在朋友心目中要樹立威信,這個威信是自己德行招感,這是講倫常道德。
摘錄自 :
文昌帝君陰騭文大意 鍾茂森博士主講 (第二集) 2009/1/22 華嚴講堂 檔名:52-328-0002