Makna Syair Kebajikan Tersembunyi Dewa Wen Chang
Bagian 15
Selanjutnya adalah kalimat ke-17, yang menjelaskan pada kita bagaimana cara untuk memupuk kebajikan. Pertama-tama yang dibahas adalah memperbanyak kebajikan, setelah itu Dewa Wen Chang membahas tentang jangan melakukan kejahatan. Marilah kita melihat dari kalimat ke-17 hingga kalimat ke-20, ini membahas tentang memperbanyak kebajikan.
“Memberi manfaat pada semua makhluk. Memupuk kebajikan menimbun berkah. Dengan pikiran yang benar dan lurus dapat mewakili Langit menjadi pendidik. Dengan hati yang bajik mengabdi pada negara dan menyelamatkan rakyat”.
Empat kalimat ini menyatakan tekad maitri karuna. Mengapa kita harus membina batin? Untuk apa kita belajar Dharma? Oleh karena kita memiliki hati maitri karuna, tidak tega melihat para makhluk menderita dan kesusahan, inilah yang disebut dalam Buddha Dharma sebagai Bodhicitta, menyelamatkan semua makhluk dari penderitaan, membawa pada mereka manfaat yang sesungguhnya, kebahagiaan dan kedamaian yang sesungguhnya. Maka itu kalimat ke-17 adalah memberikan manfaat pada semua makhluk.
Selanjutnya kalimat ke-18 adalah memupuk kebajikan menimbun berkah, di sini terdapat Hukum Sebab Akibat, memupuk kebajikan adalah benih sebab, memperoleh berkah adalah buah akibat, kebajikan pasti akan mendatangkan berkah, kejahatan pasti akan mengundang petaka, ini adalah hukum alam, bukan karena diciptakan oleh manusia.
Maka itu orang pintar jika ingin memperoleh berkah, dia harus memupuk kebajikan, berkah kebajikan ini baru dapat dibawa pergi. Harta benda, batu permata, ladang, rumah yang dikejar dan ditimbun oleh manusia di dunia ini, justru tidak bisa dibawa pergi. Ada sejenis orang yang memandang hambar pada ketenaran dan keuntungan, tetapi dia malah mengejar tehnologi, bakat ketrampilan, dia menimbun hal ini, masih berminat terhadap segala sesuatu yang ada di luar diri sendiri, tetapi bakat ketrampilan ini juga tidak bisa dibawa pergi, begitu manusia mati dan bertumimbal lahir, segala apa yang dipelajarinya sudah dilupakannya.
Hanya apa yang bisa dibawa pergi? Berkah kebajikan yang bisa dibawa pergi, pada kelahiran ini memupuk kebajikan, maka pada kelahiran mendatang pasti akan memperoleh berkah. Maka itu apa yang bisa dibawa pergi barulah sejati, sedangkan yang tidak bisa dibawa pergi adalah semu.
Kita tidak boleh hanya menimbun berkah, namun juga harus tahu mengembangkan kebijaksanaan. Andaikata hanya tahu menimbun berkah tetapi tidak mengembangkan kebijaksanaan, ada sebuah kalimat yang mengatakan, “Menimbun berkah tidak mengembangkan kebijaksanaan, gajah memakai kalung mutiara; mengembangkan kebijaksanaan tidak memupuk berkah, Arahat membawa patra kosong”.
Ini adalah kisah Buddhis yang menceritakan pada masa Buddha Kasyapa membabarkan Dharma di dunia terdapatlah dua bersaudara, mereka berdua menjadi Bhikkhu, sang abang mengamalkan sila dan bermeditasi, menfokuskan diri pada melatih diri, mengembangkan kebijaksanaan, tetapi dia tidak berinteraksi dengan umat, tidak sudi berdana, dia tidak memupuk berkah.
Sedangkan sang adik malah sebaliknya, hanya memupuk berkah, suka berdana, tetapi dalam pengamalan sila, dia masih kurang, selalu melanggar sila, juga tidak memiliki samadhi, kebijaksanaan.
Kemudian sampailah pada masa Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma di dunia ini, bersamaan itu pula abang adik tersebut juga muncul di dunia, sang abang berhasil mencapai Arahat, tetapi karena pada masa kelahiran lampaunya tidak memupuk berkah, maka makanpun sering tak kenyang, ketika melakukan pindapatra, tidak ada orang yang sudi mendanakan makanan padanya, mangkok patranya kosong, sedangkan adiknya pada kelahiran ini terlahir sebagai gajah besar yang ditunggangi oleh raja, karena berkah yang ditimbunnya pada kelahiran lampau banyak, makanya dia terlahir menjadi hewan, raja sangat menyayanginya, mengalungkan gajah tersebut dengan mutiara, batu permata, tetapi karena tidak mengembangkan kebijaksanaan, sehingga jatuh ke Alam Binatang.
Maka itu kita dapat melihat bahwa, berkah dan kebijaksanaan harus dilatih secara bersamaan, dan bila dibandingkan, mengembangkan kebijaksanaan lebih penting daripada memupuk berkah. Andaikata diantara dua sisi hanya melatih satu saja, maka saya akan memilih untuk menjadi Arahat itu, daripada menjadi seekor gajah.
Namun tentu saja berkah dan kebijaksanaan harus dilatih secara bersamaan. Maka itu mengapa Buddha disebut yang telah sempurna baik berkah maupun kebijaksanaanNya.
Selanjutnya adalah kalimat ke-19 yakni “Dengan pikiran yang benar dan lurus dapat mewakili Langit untuk menjadi pendidik”. Pikiran harus benar dan lurus, benar adalah tidak sesat, lurus artinya tidak menyimpang, jadi di dalam hati tidak ada hal yang sesat dan menyimpang. Mengapa pikiran kita bisa sesat dan menyimpang? Karena ada niat yang mementingkan diri sendiri, setiap saat memikirkan kepentingan diri sendiri, inilah yang disebut sesat dan menyimpang; andaikata setiap niat pikiran adalah memikirkan kepentingan umum, demi orang banyak, demi semua makhluk, maka hati akan benar dan lurus.
Dengan memiliki hati yang benar dan lurus, maka pengamalannya dapat mewakili Langit untuk mendidik manusia, karena Langit adalah benar dan lurus, adalah tidak mementingkan diri sendiri. Kita menjadikan Hati Langit sebagai hati sendiri, menjadikan pengamalan Langit sebagai pengamalan sendiri, maka dengan ini dapat membantu Langit untuk mendidik para makhluk, menuntun para makhluk untuk keluar dari kesesatan dan tercerahkan, memutuskan kejahatan dan memupuk kebajikan.
Kemudian kalimat ke-20 adalah “Dengan hati yang bajik mengabdi pada negara dan menyelamatkan rakyat”, ini khusus ditujukan kepada orang yang menjadi pejabat, dengan hati yang berwelas asih dan bajik, berbuat demi kepentingan rakyat banyak, mengabdi pada negara pasti adalah menyelamatkan rakyat, mengapa demikian? Karena rakyat merupakan landasan negara. Maka itu dapat menyelamatkan rakyat dari bencana air dan api, membawa pada kehidupan rakyat yang damai dan bahagia, orang ini benar-benar merupakan pemimpin yang setia dan mencintai negara, pasti memiliki hati yang bajik barulah dapat mewujudkannya.
Dikutip dari Ceramah Dr. Zhong Maosen
Judul : Makna Syair Kebajikan Tersembunyi Dewa Wen Chang
Tanggal : 22 Januari 2009
文昌帝君陰騭文大意
(十五)
底下從第十七句開始,是分別的說明我們如何來修善。先是講眾善奉行,把眾善奉行這一部分講完之後,帝君又給我們講諸惡莫作。我們來看從第十七句到第二十句,這是眾善奉行。
【利物利人,修善修福,正直代天行化,慈祥為國救民。】
這四句為一段,這四句是講慈悲的願望。悲願是為道、為學的大根大本。我們為什麼會修道?為什麼會求學?因為有這個慈悲心,不忍見到眾生受苦受難,這就是佛法裡講的菩提心,救拔一切眾生的苦難,為他們帶來真正的利益,真正的幸福安樂。所以第一樁是『利物利人』,這個「利」字乍聽起來不是很好聽,為什麼?如果人人爭利,這個社會必定是大亂,可是這個字如果倒過來用,不是為了自利,而是為了利人利物,這樣子就是好字。所以這個字用於自己就叫私,用於為人這就是公。所以存心一改,這個果報就是天地懸殊。
第十八句講的『修善修福』,這裡本身就有因果在裡面,修善是因,得福就是果,善必定感得福,惡必定感得禍,這都是自然感應之理,不是人為製造的,它是宇宙的真理。所以聰明的人真正想得福,他就應該修善,修善得的福才是真正帶得去的。這世間人們所追求的所積累的財產、珍寶、田園、房宅,這些人帶不去。有一類人淡泊名利,但是他追求一些技術,一些技藝、能力、才華,積累這些,確實就比身外之物要好一些,但是這些才華、技藝也帶不去,人一死,輪迴了,所學的統統都忘掉。唯有什麼?修善得的福人可以帶得去,這一生修善,來生必定得福。所以帶得去的那才是真的,帶不去的是假的。
我們修福不僅是光修福而已,更要懂得修慧。如果是光修福不修慧,有一句話講,「修福不修慧,大象掛瓔珞;修慧不修福,羅漢托空缽」。這是一個佛典故事,講迦葉佛時代有兄弟兩個人,他們兩個人都出家,兄長持戒坐禪,一心修道,修慧,可是他不接觸大眾,不肯布施,他不修福。那個弟弟就反過來,修福,很願意布施,但是他的持戒上面持得不好,常常破戒,又沒有禪定、智慧。後來到釋迦牟尼佛這個時代兄弟兩人同時出現在世間,這個做兄長的成就了阿羅漢果,可是因為往昔沒有修福,吃都吃不飽,拿個缽去乞食,沒有人肯布施他,他托空缽,那個弟弟那一生做了國王的坐騎,是頭大象,因為前生福多,所以他做了畜生,皇帝非常喜愛牠,給牠掛滿了珍珠、瓔珞,而且還給牠封地,可是因為不修慧,墮到畜生道。所以我們看到,這個福和慧得雙修,而相比之下,修慧比修福還要重要。如果兩者只能取其一,那我寧願做那個羅漢,也不做大象。當然,福慧得要雙修。所以佛稱為「二足尊」,二足尊是什麼?福和慧都圓滿、都具足,這叫做二足尊。
下面十九句『正直代天行化』。「正直」是我們的存心,心地要正、要直,正就不邪,直就不曲,內心裡面沒有那種邪曲。心為什麼會邪曲?因為有私心,念念想著自己,這就有邪曲;如果念念為公,為天下蒼生、一切眾生,心就正直了。正直的存心,他的行為必定是代天行化,因為天是正直的、是無私的。我們以天心為心,就以天行為行,這個行化就是推行教化,幫助上天教化眾生,啟發眾生破迷開悟,斷惡修善。這就是《中庸》有所謂的「可以贊天地之化育,則可以與天地參矣」,能夠這樣子做的人,他能夠幫助天地教化萬物,贊天地之化育這個贊就是幫助,就是代天行化的意思。「與天地參」,這個參是三的意思,人跟天地並列稱為三才。那什麼人能夠與天地並列?必須要正直代天行化之人,才配得上跟天地並列稱為三才。
下面『慈祥為國救民』,慈祥也是存心。這裡特別是講為官之人,心存慈愛、仁厚,為萬民著想,為國者必定是救民,為什麼?因為國以民為本。所以能夠救百姓於水火,給百姓帶來安樂,這個人是真正忠君愛國之人,必須要有慈祥心地才能做到。
摘錄自 :
文昌帝君陰騭文大意 鍾茂森博士主講 (第二集) 2009/1/22 華嚴講堂 檔名:52-328-0002